HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Jawaban: Inilah 7 Prinsip Pendidikan Penting Menurut Ki Hajar Dewantara

Pedoman Tangerang - Apa sebenarnya makna dan peran seorang pendidik menurut Ki Hadjar Dewantara?

Untuk memahami hal ini, mari kita telusuri pemikiran beliau yang hingga kini masih menjadi fondasi utama pendidikan di Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan nasional. Gagasan-gagasannya tak hanya menyentuh sisi akademis, tapi juga menjangkau ranah moral dan sosial yang membentuk kepribadian peserta didik secara menyeluruh.

Melalui semboyan-semboyan yang sarat makna, ia merumuskan peran pendidik sebagai sosok yang hadir dalam berbagai situasi: memimpin, mendampingi, dan mendorong.

Berikut uraian mendalam tentang bagaimana Ki Hadjar Dewantara memandang peran pendidik:

1. Menjadi Panutan di Garis Depan – Ing Ngarso Sung Tulodo

Dalam posisinya sebagai pemimpin, seorang guru diharapkan mampu memberi contoh nyata.

Semboyan Ing ngarso sung tulodo mengandung pesan bahwa guru adalah figur teladan — bukan hanya dari ucapan, tetapi terutama dari tindakan.

Keteladanan inilah yang menjadi fondasi pembentukan karakter siswa.

2. Menumbuhkan Semangat dari Tengah – Ing Madyo Mangun Karso

Guru tidak hanya berdiri di depan kelas, tetapi juga hadir di tengah-tengah siswa, memahami dinamika mereka dan membangkitkan semangat belajar.

Prinsip Ing madyo mangun karso menekankan pentingnya kehadiran guru yang menginspirasi, memberi ruang eksplorasi, serta menciptakan iklim belajar yang menyenangkan dan penuh motivasi.

3. Mendukung dengan Bijak dari Belakang – Tut Wuri Handayani

Ketika siswa sudah mulai berjalan sendiri, guru berperan sebagai penyokong yang sigap memberi dorongan.

Semboyan Tut wuri handayani mengajarkan pentingnya memberi kepercayaan, namun tetap siaga untuk membimbing jika dibutuhkan.

Pendekatan ini membentuk pribadi yang mandiri dan percaya diri.

4. Membimbing dan Melindungi Tumbuh Kembang Anak Didik

Seorang pendidik juga diharapkan mampu menjadi pembimbing yang memahami kebutuhan dan potensi setiap siswa.

Guru harus mampu menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih, agar peserta didik dapat tumbuh sesuai kodrat alam dan zamannya — baik secara intelektual, emosional, maupun sosial.

5. Penjaga Nilai Moral dan Kebudayaan

Bagi Ki Hadjar Dewantara, guru memiliki tanggung jawab sebagai penjaga nilai.

Mereka menanamkan budi pekerti, etika, serta cinta tanah air melalui proses pembelajaran yang menyentuh hati.

Peran ini penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berbudi luhur dan menjunjung nilai-nilai kebangsaan.

6. Pelopor Perubahan dan Inovasi

Di era yang terus berubah, guru dituntut untuk adaptif dan kreatif.

Ki Hadjar Dewantara melihat pendidik sebagai inovator yang terus mencari cara baru untuk menyampaikan ilmu.

Mereka terbuka terhadap perkembangan zaman dan siap memperbarui metode demi kemajuan belajar siswa.

7. Menghidupkan Sistem Among: Pendidikan yang Berjiwa Kasih

Ki Hadjar Dewantara merancang sistem among — pola pendidikan yang berlandaskan kasih sayang dan penghormatan terhadap anak didik.

Dengan prinsip asih (cinta), asah (pengembangan), dan asuh (perlindungan), sistem ini menolak kekerasan dan menumbuhkan ikatan batin antara guru dan murid. Hubungan ini menciptakan suasana belajar yang hangat, inklusif, dan bermakna.

Penutup:

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara menempatkan guru sebagai sosok sentral dalam pendidikan, bukan sekadar pengajar pelajaran.

Mereka adalah panutan, penyemangat, pembimbing, pengayom, pemelihara budaya, dan inovator yang membentuk generasi masa depan.

Filosofinya tetap relevan hingga kini, menjadi kompas dalam membangun pendidikan yang manusiawi dan berakar pada nilai-nilai luhur bangsa.

Dengan memaknai kembali peran pendidik menurut Ki Hadjar Dewantara, kita diingatkan bahwa mendidik adalah tugas mulia yang menyentuh jiwa.***